Akhirnya Sampai
Panjang sungai ini sekitar 4,345 KM membentang dari hulunya di Tibet dan bermuara di laut dari delta Vietnam. Melewati beberapa negara, sebut saja Cina, Myanmar, Laos, Thailand, Kamboja, dan Vietnam. Namanya sungai Mekong. Seperti sungai dimanapun berada, selalu ada cerita peradaban juga dinamikanya.
Dalam perjalanan menuju Povinsi An Giang, kami dua kali melewati Sungai. Harus naik kapal penyeberangan (seperti Fery). Situasinya tak terlalu beda jauh dengan Sungai Kapuas di Pontianak. Jadi tak terlalu mengherankan bagi saya.
Tapi saya tertarik dengan wajah-wajah Indochina yang berada di atas kapal. Wajah-wajah polos, wajah-wajah yang bertahun-tahun berhadapan dengan berbagai cerita perang. Mereka yang keriput, dengan caping di kepalanya, pasti simpan banyak cerita. Sayang mereka tak berbicara Inggris dan saya tak mengerti bahasa Vietnam.
Saat saya bertanya dengan Nguyen tentang sejarah perang di tanah ini pun tak terlalu banyak mendapat jawaban. Sepertinya Nguyen tak terlalu suka cerita sejarah. Apalagi cerita perang. Ia sudah terlanjur disergap dengan impian Amerika. Modern. Canggih. Sains.
Akhirnya saya hanya penasaran. Tak mengapa perjalanan masih panjang. Meski demikian, saya harus katakan kepada Nguyen, bahwa menyimpan harapan kepada kapitalisme bisa menjadi sesuatu yang berbahaya. Sebab sudah sejak mulai konsep ini gagal jika dikaitkan dengan kesejahteraan.
Tapi faktanya kapitalisme menang. Inilah ideologi yang jadi kiblat bagi orang-orang muda seperti Nguyen.
Dua sungai kami lalui, tapi perjalanan rasanya tak kunjung tiba. Saya tawarkan ke Nguyen untuk ganti posisi.
“Memangnya kamu bisa?” Nguyen bertanya tentang kemampuan saya bawa sepeda motor. Sekali lagi, saya mau ketawa tapi takut dosa. Saya beri peringatan ke Nguyen, jangan remehkan orang Indonesia dalam soal mengendarai sepeda motor.
Dia menyerah. Lagipula sepertinya Nguyen lelah. Gantian saya yang duduk di depan. Tak menunggu waktu lama, langsung tancap gas.
“Hey, jangan kau bawa motor ini melebihi 50 km/jam,” sergah Nguyen.
“Kenapa?”
“Sebab kalau ketahuan polisi, habis kita. Kita akan membayar dengan jumlah yang mahal sekali.”
Sekarang saya tahu jawabannya. Kenapa di map seharusnya bisa tiba di An Giang dalam waktu lebih singkat, tetapi kami tempuh dalam waktu relatif lama. Sebab di Vietnam, sepeda motor tak boleh melaju lebih dari 50 km/jam. Tak ada Valentino Rosi di Vietnam. Bertolak belakang dengan Indonesia.
Hari sudah siang. Perjalanan dimulai sekitar pukul 4 dari Saigon. Kalau saya tidak salah ingat, zuhur belum tiba. Mungkin sekitar pukul 11. Kami bertemu Masjid. Ya, saya hafal betul bentuknya. Ini diawali ketika di jalan kami melihat seorang lelaki berjalan kaki dengan kain sarung dan kopiah. Ada muslim. Betapa gembiranya saya. Ini sudah dekat tempat tujuan. Provinsi An Giang. Akhirnya sampai juga
Salam
Pay Jarot Sujarwo
ig: @payjarotsujarwo
Sila join di channel telegram
t.me/payjarot
Posting Komentar untuk "Akhirnya Sampai"