Perjalanan Berikutnya
Saya perlu memberi tahu (atau mungkin mengulangi bercerita), bahwa kejadian²
yang saya temui dalam perjalanan tentang ukhuwah Islamiyah justru terjadi saat
saya begitu jauh dari Islam. - Ini bisa disebut sebagai perantara bagi saya
untuk pada episode selanjutnya mengenal Islam. Tentu saja peran Allah begitu
besar. - Ibu asal Surabaya di Siem Reap, perempuan berkerudung pedagang roti di
Mae Chan, bagi sebagian orang wabil khusus mereka yang sudah mengenal Islam akan
terasa biasa² saja. Tapi tidak bagi saya. Islam yang semula begitu asing, justru
saya temukan di negeri² asing. - Sebulan kurang lebih solo backpacking di
Kamboja - Thailand saya pulang ke tanah air lewat jalur darat. Pesawat terakhi
landing di Kuching, Malaysia. Menginap semalam di rumah couch surfer lokal,
bertemu dua orang Jerman, berdiskusi tentang pluralisme. - Di rumah, saya
gelisah. Hampir tiap malam dihantui ketakutan. Berawal dari memori tentang
perdebatan dengan seorang Dominican di Chiang Mai tentang Islam adalah agama
kekerasan. Terus menerus saya dihantui pertanyaan, benarkah demikian? -
Pertanyaan itu saya sanggah sendiri, ini tidak benar. Terus Islam agama apa?
Saya tidak tau. Saya tak pernah belajar Islam mendalam. Bagaimana saya
mempertanggungjawabkannya nanti di akherat? Saya tidak tau. Bayangan neraka
berkelabat di hampir tiap malam saya. - Keputusan berikutnya adalah menghubungi
seorang teman yang paham tentang ini. Berdialog bermalam malam. Pelan² memahami
Islam. Hingga akhirnya kami bikin kesepakatan halaqoh rutin sekali sepekan. -
Next, guru halaqoh saya ini menawari Istri. Apakah saya tolak? Tentu saja tidak.
Ini calon istri sholihah. Lulusan IPB, sudah menjadi aktivis pejuang Islam sejak
dulu kala. - Pernikahan terlaksana. Cuma kami tak bisa langsung hidup bersama.
Istri masih harus menyelesaikan amanahnya sebagai guru SMA di Bogor, saya belum
ada rencana pindah dari Pontianak. LDR kata anak remaja zaman sekarang. -
Seorang teman memberi selamat pernikahan kami. Dia memberi saya hadiah tiket
pesawat. - Mau kemana? Ia bertanya. - Vietnam. Jawab saya. - Kenapa Vietnam?
Sebab negara itu masih menerapkan ideologi komunisme. Juga ada sejarah panjang
tentang kebesaran Islam di Kerajaan Champa. Saya sudah punya maklumat bahwa
Islam adalah mabda. Saya sudah punya tekad untuk menjadikan dakwah sebagai poros
dalam hidup ini. - Saya berangkat ke Vietnam. Setelah sebelumnya melakukan riset
kecil di internet juga Melakukan komunikasi dengan orang lokal via couch
surfing. - Beberapa lembar pakaian, travel document, buku bacaan, masuk dalam
backpack. Tak lupa kitab berjudul Nizhomul Islam yang saya beli beberapa buah. -
Untuk apa? Tanya guru ngaj saya waktu itu. - Siapa tau bisa kontak orang dalam
perjalanan. Jawab saya. - Rutenya: Pontianak - Kuala Lumpur - Ho Chi Minh -
Phnom Penh - Kuala Lumpur - Pontianak. - Seperti apa kisahnya? Setelah ini. -
Salam Pay Jarot Sujarwo ig: @payjarotsujarwo Tg: t.me/payjarot Fb: Pay Jarot
Sujarwo
Posting Komentar untuk "Perjalanan Berikutnya"