Aroma Perlawanan Tercium
Bagi orang Indonesia seperti saya melihat gambar palu dan arit dengan background berwarna merah dan tersebar di berbagai media, tentu saja punya sensasi tersendiri. Betapa tidak, gambar yang sudah mahfum dengan ideologi komunisme ini dilarang keras beredar di Indonesia.
Meski dulu, waktu pernah berkenalan baik dengan orang-orang kiri di Jogja pernah lah sekali dua melihat gambar ini. Diaplikasikan di kaos, majalah, pin, topi. Tapi ya itu. Tidak massive. Juga untuk kalangan terbatas. Tidak bebas berkeliaran.
Tapi di Saigon, dimana saja tempat gambar ini tersedia. Ok saya paham bahwa ini negara yang mengadopsi ideologi komunis. Tapi tetap saja tak bisa ditolak bahwa ada debar-debar tersendiri dalam dada. Aroma perlawanan tercium.
Ngomongin Vietnam tentu saja tak lepas dari topik perang utara – selatan yang telah membunuh jutaan manusia. Pasukan Viet Cong terkenal cukup tangguh dalam rangka menghabisi Vietnam Selatan. Meski sudah dibantu Amerika Serikat dan sekutu, tetap saja pasukan yang mengklaim dirinya sebagai pasukan terkuat di dunia itu gagal mempertahankan Vietnam Selatan. Viet Cong menang. Amerika pulang kandang.
Lalu sejarah mencatat seolah-oleh ini menjadi sejarah perang paling sengit di kawasan Asia Tenggara. Perlawanan komunisme yang ditakuti. Kapitalis Amerika khawatir kemenangan Viet Cong akan berdampak bagi tersebarnya komunisme di seluruh kawasan Indo Cina. Tentu saja ini sebuah ancaman. Ancaman ideologis. Mengakar dan berbahaya.
Hari ini kurang lebih seperti itu yang dipelajari, dimengerti, kemudian dipahami banyak orang. Bahwa sejarah Vietnam adalah sejarah perebutan kapitalisme vs komunisme yang dimenangkan oleh Komunisme. Untuk mengenang itu, kota Saigon diubah namanya menjadi nama pemimpin paling berpengaruh di Vietnam Utara. Ho Chi Minh.
Sayangnya orang-orang larut dengan cerita sejarah ini. Tak banyak yang mencoba menggali lebih dalam tentang Vietnam jauh hari sebelumnya. Tentang kolonialisasi Perancis. Tentang Renaissance yang bergelora di Eropa lalu mereka begitu semangat menyebarkan paham sekuler ke seluruh Dunia.
Jika di Nusantara ada Inggris dan Belanda, di Indocina Perancis merajalela. Mengeruk sumber daya. Menguasai segala lini kehidupan. Menggeser bahkan memendam begitu dalam cerita sejarah sebelumnya. Cerita sejarah yang hari ini terasa begitu sulit untuk kembali diangkat ke permukaan.
Sejarah yang terpendam begitu dalam itu bernama Islam. Selama berabad-abad eksistensi Islam di Vietnam lewat kerajaan Champa hari ini seperti tak terdengar. Kekuasaan Champa Islam yang begitu lama di Vietnam harus kalah dengan betapa heroiknya kegagahan tentara komunis mengalahkan Amerika. Nanti ada bumbu-bumbu film fiksi berjudul Rambo yang semakin membuat kabur sejarah. Dan orang-orang menikmatinya.
Ini tak bisa dibiarkan. Tak bisa dibiarkan.
Saya berjalan. Menyaksikan baliho, poster, mural, bendera yang begitu kuat mengidentikan komunisme di kota Saigon. Aroma perlawanan tercium. Perlawanan untuk mengembalikan cerita sejarah Champa ke permukaan. Perlawanan yang mengajak siapa saja menuju kebangkitan. Perlawanan Ideologis tanpa peperangan.
Hari beranjak siang. Sebentar lagi waktu sholat jumat tiba. Saya harus bergegas kembali menuju Masjid Dong Du. Bersiap berjumpa dengan kaum muslimin di Saigon. Bersiap berjumpa jamaah yang senantiasa membuat desir darah di dada mengalir lebih deras.
Salam
Pay Jarot Sujarwo
ig: @payjarotsujarwo
fb: Pay Jarot Sujarwo
web: payjarotsujarwo.com
Silakan join di channel telegram
t.me/payjarot
Posting Komentar untuk "Aroma Perlawanan Tercium"