Pulang Halaqoh Masih Pagi
Puisi oleh: Pay Jarot Sujarwo
Inspired by: water colour painting of Deni Junaedi
Di luar, langit sudah biru
Awan putih tipis tipis mengarak rindu
Pekan depan kita akan kembali bertemu
Mengeja aksara meraba fakta mematri waktu
Dengan siasat jitu
Awan putih tipis tipis mengarak rindu
Pekan depan kita akan kembali bertemu
Mengeja aksara meraba fakta mematri waktu
Dengan siasat jitu
Suasananya terkadang syahdu
Tak jarang menggebu
Tak jarang menggebu
Sepulang Halaqoh,
Rerupa warna luruh dalam genang air.
Menjelma rumah jawa, jalan gang, juga pepohonan.
Barangkali juga ada selokan, kelokan,
ketemu belokan, berakhir dengan kuburan.
Tapi pagi ini jabat tangan musyrif seperti titip pesan,
Bahwa perkampungan yang kita gambar,
bisa jadi noktah berharga meraih kebangkitan.
Rerupa warna luruh dalam genang air.
Menjelma rumah jawa, jalan gang, juga pepohonan.
Barangkali juga ada selokan, kelokan,
ketemu belokan, berakhir dengan kuburan.
Tapi pagi ini jabat tangan musyrif seperti titip pesan,
Bahwa perkampungan yang kita gambar,
bisa jadi noktah berharga meraih kebangkitan.
Di kampung itu kita halaqoh.
Di kampung itu kita setia dengan fikroh dan thoriqoh.
Di kampung itu kita setia dengan fikroh dan thoriqoh.
Sepulang halaqoh, pagi bercerita tentang harapan tanpa umpama
Dahsyat dan berharga!
Dahsyat dan berharga!
Pontianak, November 2019
Posting Komentar untuk "Pulang Halaqoh Masih Pagi"